Makalah
Pendidikan
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK MENURUT
ASPEK PERKEMBANGAN FISIK
KATA
PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT,
kami bersyukur atas segala nikmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dibuat dari berbagai
sumber. Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dosen kepada
mahasiswa. Makalah ini mungkin digunakan dosen untuk menilai sejauh mana
mahasiswa baru memahami cara pembuatan makalah.
Kami tahu bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna, maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca, sehingga makalah ini akan bisa lebih baik dari
pada yang kami buat sekarang.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat berguna bagi pembaca.
Malang, 30 September 2009
Penulis.
i
Daftar isi
Kata pengantar…………………………………………………… i
Daftar isi…………………………………………………………. ii
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………….
- Latar Belakang……………………………………….. 1
- Tujuan………………………………………………… 1
- Tema…………………………………………………. 1
BAB II ISI……………………………………………………….
A. Pengertian perkembangan…………………………………
a. pengertian secara umum……………………………….. 2
b. pengertian menurut beberapa tokoh…………………… 2
B. Teori perkembangan fisik dan
tugas-tugas perkembangan.. 3-6
C. Aspek-aspek perkembangan fisik…………………………. 7
a. perkembangan sebelum lahir…………………………… 7
b.perkembangan setelah lahir…………………………….. 7
c.tinggi dan berat badan…………………………………… 7
d.proporsi dan bentuk tubuh……………………………… 8
D. Periode perkembangan fisik anak…………………………. 9
E. Anak pra-sekolah dan anak sekolah……………………………… 19-14
F. Pengaruh perkembangan fisik terhadap perilaku anak…… 14
G. Proses,tahapan,dan karakteristik perkembangan aspek fisik
14
H. Perkembangan yang terganggu……………………. 15
BAB III PENUTUP………………………………………
- Kesimpulan
- Saran
- Daftar pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Pada jaman yang sangat modern ini, peserta didik sangat
mudah terrpengaruh oleh hal – hal negatif. Guru harus lah meluruskan fikiran
mereka. Selain guru, orang tua wali juga harus sering memantaunya. Agar bias
melihat perkembangan peserta didik secara fisik. Dengan bertambah tingginya
peserta didik, di ikuti pula bertambahnya pemikiran mereka.
Pelajaran yang harus diberikan kepada peserta didik pada
usian 6 – 12 tahun antara lain : ketrampilan fisik, sikap sehat,
bergaul, eksistensi diri, membaca, menulis,berhitung, mengembangkan konsep
sehari-hari, mengembangkan kata hati, memperoleh kebebasan pribadi,
mengembangkan sikap positif terhadp kelompok sosisal.
Berbagai konsep dan teori telah
dikemukakan untuk dapat mengungkapkan kemampuan yang harus dikuasai oleh tenaga
pengajar disekolah. Inti dari tugas guru ialah mengelola pengajar khususnya
tugas dalam mengelola kegiatan belajar di dalam kelas. Maksud di atas supaya
guru atau tenaga pengajar mempunyai andil yang sangat besar untuk mensukseskan
kegiatan belajar mengajar. Selain itu peserta didik juga harus dapat menerima
semua kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Dalam proses pembelajaran
kondisi awal merupakan suatu masukan, dan didasari bahwa kondisi siswa sebagai
masukan. Peran guru pada dasarnya adalah membantu anak mengubah perilaku sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
TUJUAN
Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik pada usia 0 – 12 tahun, khususnya pada perkembangan fisik.
TEMA
Pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik menurut aspek perkembangan fisik.
1
BAB II
ISI
A.
Pengertian perkembangan
a. Secara umum
Dalam banyak buku makna pertumbuhan
sering kali diartikan sama dengan perkembangan, sehingga kedua istilah itu
penggunaannya seringkali dipertukarkan (interchange) untuk makna yang sama. Ada penulis yang suka
menggunakan istilah pertumbuhan saja dan ada pula yang menggunakan perkembangan
saja. Pertumbuhan diberi makna dan digunakan untuk menyatakan
perubahan-perubahan ukuran fisik yang secara kuantitatif semakin besar atau
panjang, sedangkan perkembangan diberi makna dan digunakan untuk menyatakan
terjadinya perubahan –perubahan aspek psikologis dan aspek social.
Setiap individu pada hakikatnya akan
mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan nonfisik yang meliputi asprk-aspek
intelek, emosi, social, bahasa, bakat khusus, nilai dan moral, serta sikap.
b.Pengertian menurut beberapa tokoh
- Nagel (1957), perkembangan merupakan pengertian dimana terdapat struktur yang terorganisasikan dan mempunyai fungsi-fingsi tertentu oleh karena itu bilamana terjadi perubahan struktur baik dalam organisasi maupun dalam bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi.
- Schneirla (1957), perkembangan adalah perubahan-perubahan progresif dalam organisasi organisme, dan organisme ini dilihat sebagai system fungsional dan adaptif sepanjang hidunya. Perubahan progresif ini meliputi 2 faktor yaitu kematangan dan pengalaman.
- Spiker (1966) mengemukakan dua macam pengertian yang harus dihubungkan dengan perkembangan, yakni :
1.
ORTOGENETIK, yakni berhubungan dengan perkembangan sejak terbentuknya individu
yang baru dan seterusnya sampai dewasa.
2. FILOGENETIK, yakni perkembangan
dari asal-usul manusia sampai sekarang ini. Perkembangan perubahan fungsi
sepanjang masa hidupnya menyebabkan perubahan tingkah laku dan perubahan ini
juga terjadi sejak permulaan adanya manusia.
2
B. Teori perkembangan fisik dan
tugas perkembangan
- TEORI
Pertumbuhan
fisik adalah pertumbuhan struktur tubuh manusia yang terjadi sejak masih
dalam kandungan hingga ia dewasa. Proses perubahannya adalah menjadi panjang (
pertumbuhan vertical ) dan menjadi tebal atau lebar ( pertumbuhan horizontal )
dalam suatu proporsi bentuk tubuh. Pertumbuhan sebelum lahir di mulai sejak
terjadinya pembuahan ( verrtilisasi ) antara sel telur dengan sel sperma yang
kemudian berkembang menjadi embrio. Ketika usia embrio mencapai 1 bulan
, besarnya sekitar 0,5 cm. pada usia 2 bulan ukuran embrio membesar menjadi 2,5
cm dan kemudian disebut sebagai fetus. 1 bulan kemudian, yaitu usia kandungan
mencapai 3 bulan, fetus tersebut telah terbentuk menyerupai bayi dalam ukuran
kecil dan menurut ajaran islam pada usia 3 bulan kehamilan tersebut anak dalam
kandungan mulai ditiupkan ruh kehidupan.
Masa sebelum lahir merupakan pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat komplek karena masa tersebut merupakan masa
terbentuknya organ – organ tubuh dan tersusunnya jaringan saraf yang membentuk
system yang sempurna. Selama masa perkembangan dalam kandungan tersebut terjadi
pertumbuhan pesat pada jaringan otak. Pertumbuhan jaringan otak menentukan
kualitas perkembangan kognitif anak. Pertumbuhan dan perkembangan janin di
akhiri saat kelahiran. Kelahiran pada dasarnya merupakan pertanda kematangan
biologis dan jaringan saraf telah mampu berfungsi secara mandiri dalam
pengertian tidak tergantung lagi pada suplei dan kendali tali pusar dalam
kandungan ibunya.
Pertumbuhan fisik setelah lahir merupakan kelanjutan
dari pertumbuhannya sebelum lahir. Proses tersebut melibatkan pertambahan berat, pertambahan
panjang, dan pertambahan kekebalan tubuh, yang berlangsung hingga dewasa.
Selama tahun perrtama pertumbuhannya,ukuran panjang badannya akan bertambah
menjadi sekitar 3x nya.
3
Pertumbuhan bukannya tidak terbatas. Pertumbuhan
pertama – tama dibatasi oleh factor genetic yang diturukan. Pemenuhan kebutuhan
energi dan zat – zat gizi essensial dibandingkan dengan kecukupannya, serta
kehadiran zat beracun juga membatassi bentuk dan ukuran tubuh. Pembatas lain
adalah rasio luas permukaan dengan volume tubuh, sebagai bagian terpadu dari
mekanisme homeostasis.
Terdapat 2 hukum pertumbuhan fisik yang berlaku umum
dan menyeluruh ( satoto, 1993 ), yaitu hukum cheap locaudal dan hukum proksi
modistal. Menurut hukum chepalocaudal, pertumbuhan dimulai dari arah kepala
menuju ke kaki. Bagian kepala tumbuh lebih dahulu daripada daerah lain.
Kematangan pertumbuhan juga berlangsung lebih dahulu di bagian kepala, kemudian
berlanjut kebagian – bagian lain dari tubuh. Bayi baru lahir sudah dapat
menggerakkan mata atau bibir, kemudian pada masa berikutnya mampu menggerakkan
lengan dan tangan dan kemudian disusul dengan kemampuan menggerakkan tungkai
dan kaki. Sebagai akibatnya, bayi yang baru lahir memiliki kepala yang secara
proporsi lebih dari bagian lain. Pada masa – masa pertumbuhan berikutnya,
kepala secara proposional menjadi lebih kecil.
Menurut hukum proksimodistal, pertumbuhan berpusat
dari daerah sungguh ( proksimo ) kearah tepi ( distal ). Alat – alat yang
berada didaerah sungguh, misalnya jantung, alat – alat nafas, dan pencernaan
tumbuh lebih dahulu dan lebih pesat dibandingkan di daerah tepi, misalnya
anggota gerak badan.
Perkembangan fisik peserta didik
usia SD/ MI meliputi pertumbuhan tinggi dan berat badan, perubahan proporsi
atau perbandingan antar bagian tubuh yang membentuk postur tubuh, pertumbuhan
tulang, gigi, otot dan lemak. Perkembangan fisik anak dipengaruhi oleh faktor
keturunan dalam keluarga, jenis kelamin, gizi dan kesehatan, status sosial
ekonomi, gangguan emosional, dll. Pertumbuhan dan perkembangan fisik tubuh ini
secara langsung akan menentukan keterampilan bergerak anak, dan secara tidak
langsung akan mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan memandang
orang lain, serta mempengaruhi cara anak melakukan
penyesuaian
dengan dirinya sendiri maupun orang lain.
4
Terdapat perbedaan dalam pertambahan tinggi dan berat, namun
umumnya mengikuti pola/ aturan/ hukum arah perkembangan. Perkembangan proporsi
dan bentuk tubuh anak dapat dikelompokan menjadi bentuk tubuh yang cenderung
menjadi gemuk (endomorf),
atau kurus (ektomorf). Selanjutnya pada peserta didik
di kelas V dan VI:
(masa puber/ 11-13 tahun) terjadi perubahan fisik yang
sangat pesat disebabkan oleh kematangan kelenjar dan hormon yang berkaitan
dengan pertumbuhan seksual. Perubahan ini mengakibatkan anak mengalami
ketidakseimbangan, menarik diri, bersikap negatif, kurang percaya diri,
perubahan minat dan aktivitas, dll.
perkembangan menurut Robert J.
Havighurs adalah sebagian tugas yang muncul pada suatu periode tertentu
dalam, kehidupan individu, yang merupakan keberhasilan yang dapat memberiknn
kebahagian serta memberi jalan bagi tugas-tugas berikutnya. Kegagalan akan
menimbulkan kekecewaan bagi individu, penolakan oleh masyarrkat dan kesulitan
untuk tugas perkembangan berikutnya.
- Tugas perkembangan pada masa kanak-kanak meliputi :
1.
Belajar berjalan.
2.
Belajar makan makanan padat.
3.
Belajar mengendalikan gerakan badan.
4.
Mempelajari peran yang sesuai dengan jenis kelaminnya.
5.
Memperoleh stabilitas fisiologis.
6.
Membentuk konseo-konsep sederhana tentang kenyataan social dan fisik.
7.
Belajar menghubungkan diri secara emosional dengan orang tua, kakak, orang
lain.
8.
Belajar membedakan yang benar dan salah.
9.
Belajar hubungan sosial
- Tugas perkembangan pada masa anak :
1.
Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan tertentu.
2.
Membentuk sikap tertentu terhadap diri sendiri sebagai organisme yang sedang
tumbuh.
3.
Belajar bergaul secara rukun dengan teman sebaya.
4.
Mempelajari peranan yang sesuai dengan jenis kelamin.
5.
Membina keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
6.
Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan.
7.
Memiliki konsep social dan fisik.
8.
Belajar hubungn social
9.
Belajar membedakan
5
Gambaran
dan tata hubungan dari fase perkembangan dan tugas perkembangan yang harus
diselesaikan manusia normal pada setiap fase perkembangan postnatal secara
rinci dapat diuraikan sebagai berikut :
- Masa bayi dan kanak – kanak ( 0 – 5 tahun )
Menurut urutan waktu masa bayi
(infancy / babyhood) berlangsung sejak manusia dilahirkan dari rahim ibunya
sampai berusia 1 tahun, sedangkan masa kanak – kanak awal (arly childhood )
berlangsung pada usia 1 tahun sampai kurang lebih 5
tahun. Pertumbuhan biologis pada
masa ini sangat pesat, tetapi secara sosiologis mereka hanya mengenal
lingkungan keluarga sehingga keluarga harus mampu mempersiapkan anak memasuki
lingkungan social yang lebih luas, terutama persiapan memasuki sekolah. Tugas
perkembangan pada masa ini meliputi kegiatan belajar :
- Belajar memakan.
- Belajar berdiri, berjalan, dan penguasaan gerak.
- Belajar bicara.
- Belajar mengeluarkan buangan tubuh.
- Belajar membedakan jenis kelamin.
- Mencapai kematangan untuk memasuki dunia formal khususnya sekolah
- Belajar mengadakan hubungan emosional dengan keluarga dan orang – orang disekitarnya.
- Belajar membedakan perilaku benar dan salah.
2.Masa kanak – kanak akhir ( 6 –
12 tahun )
Masa anak akhir ( late childhood )
berlangsung sampai usia 12 tahun. Masa ini disebut pula sebagai masda bermain,
dengan ciri – ciri memiliki dorongan untuk keluar rumah dan memasuki kelompok
sebaya, keadaan fisik yang memungkinkan akan memasuki dunia permainan dan
memiliki dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, symbol dan
sebagainya. Kegiatan
belajar pada fase ini berfungsi dalam mengembangkan kemampuan sebagai berikut :
- Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain seperti lari, lopat dan sebagainya.
- Membina sikap positif untuk dirinya sendiri.
- Bergaul dengan teman sebaya sesuai dengan etika moral yang berlaku dalam masyarakat.
- Belajar meminkan peran sesuai dengan jenis kelamin.
- Mengembangkan dasar – dasar keterampilan membaca, menulis dan matematika.
- Mengembangkan konsep – konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari – hari.
- Mengembangkan kata hati, moral dan skala nilai yang selaras dengan keyakinan dan kebudayaa masyarakat.
- Mengembangkan sikap objektif terhadap kelompok dan lembaga masyarakat.
- Belajar mencapai kemerdekaan dan kebebasan pribadi dan brertanggung jawab
6
C.
Aspek-aspek perkembangan fisik
Perbahasan
mengenai perkembangan fisik anak SD ini mencakup aspek – aspek perkembangan
sebelum lahir,perkembangan setelah lahir, tinggi dan berat badan, proporsi
tubuh dan dampak – dampak psikologis yang dapat ditimbulkan serta pembandingan
otak lemak. Masalah
kesehatan, gizi, olahraga, dan suasana emosional dalam perkembangan fisik anak
juga dibahas.
- Perkembangan sebelum lahir
Manusia itu ada terjadi dari suatu
proses pembuahan (pertemuan sel telur dan sperma) yang membentuk suatu sel
kehidupan, yang disebut embrio. Embrio manusia yang telah berumur satu bulan,
berukuran sekitar setengah sentimeter. Pada umur dua bulan ukuran embrio
itu sebesar menjadi dua setengah sentimeter dan disebut janin atau “fetus”.
Baru setelah satu bulan kemudian (jadi kandungan telah berumur tiga bulan),
janin atau fetus tersebut telah berbentuk menyerupai bayi dalam ukuran kecil.
Masa sebelum lahir merupakan pertumbuhan dan
perkembangan manusia yang sangat kompleks, karena pada masa itu merupakan awal
terbentuknya organ-organ tubuh dan tersusunnya jaringan syaraf yang membentuk
system yang lengkap. Pertumbuhan dan perkembangan janin saat kelahiran.
Kelahiran pada dasarnya merupakan pertanda kematangan boilogis dan jaringan
syaraf masing-masing komponen biologi telah mampu berfungsi secara mandiri.
- Perkembangan setelah lahir
Pertumbuhan fisik manusia setelah
lahir merupakan kelanjutan pertumbuhannya sebelum lahir. Proses perkembangan
fisik manusia berlangsung sampai masa dewasa. Selama tahun pertama dalam
pertumbuhannya, ukuran panjang badannya akan bertambah sekitar sepertiga dari
panjang badan semula dan berat badannya akan bertambah menjadi sekitar
sepertiga kalinya. Sejak lahir sampai dengan umur 25 tahun, perbandingan ukuran
badan individu, dan pertumbuhan yang kurang proporsional pada awal terbentuknya
manusia (kehidupan sebelum lahir atau prenatal) sampai dengan proporsi yang
ideal dimasa dewasa.
- Tinggi dan berat badan.
Bila
dibanding dengan pada usia dini dan masa remaja, pertumbuhan fisik anak pada
usia SDcenderung lebih lambat dan relative konsisten. Laju perkembanga seperti ini
berlangsung sampai terjadinya perubahan – perubahan pada awal masa pubertas.
7
Karena adanya penambahan ukuran dalam kerangka tulang
bertulang,system otot, dan ukuran organ – organ tubuh lainya., tinggi dan berat
anak secara bertahap terus bertambah. Di Indonesia, belum ada standar baku
tentang tentang ukuran kenaikan berat dan tinggi badan anak usia SD, namun
penambahan itu diperkirakan berkisar antara 2.5 – 3,5 kg dan 5,7 cm pertahun ( F.
A. Hadis.1996 )
- Proporsi dan Bentuk Tubuh.
Anak SD kelas – kelas awal umumnya masih memiliki proporsi tubuh
yang kurang seimbang. Kekurangseimbangan ini sedikit demi sedikit berkurangan
sampai terlihat perbedaannya ketika anak mencapai kelas 5 atau 6. Pada kelas –
kelas akhir SD,lazimnya proporsi tubuh anak sudah mendekati keseimbangan.
Kekurangseimbangan tubuh anak dapat diamati pada bagian kepala, badan dan kaki.
Kepala masih terlalu besar bila dibanding dengan bagian tubuh lainnya. Akan
tetapi beberapa perbandingan pada bagian wajah yang kurang seimbang mulai
menghilang dengan bertambah besarnya mulut dan rahang, semakin melebar dan
meratanya dahi, semakin mengecilnya bibir, serta menjadi lebih besar dan
membentuk hidung.
Berdasarkan
tipologi Sheldon (Hurlock,1980), ada tiga kemungkinan bentuk primer
tubuh anak SD. Tiga bentuk primer tersebut adalah :
- Endomorph, yakni yang tampak dari luar berbentuk gemuk dan berbadan besar.
- Mesomorph, yang kelihatannya kokoh, kuat, lebih kekar.
- Ectomorph yang tampak jangkung, dada pipih, lemah dan seperti tak berotot. Secara visual bentuk – bentuk tubuh tersebut dapat diamati.
Anak
yang bertipe Endomorfik ,lemaknya jauh lebih banyak daripada jaringan otot,
sedangkan anak yang bertipe Mesomorfik memiliki kondisi yang sebaliknya. Pada
anak yang bertipe Ektomorfik tidak terdapat jaringan yang melebihi jaringan
lain sehinng tampak kurus.
Kondisi
proporsi dan bentuk tubuh anak dapat memberikan dampak – dampak psikologis
tertentu kepada anak. Kondisi proporsi tubuh yang kurang seimbang dan atau
bentuk tubuh yang berkelainan dapat menumbuhkan sikap – sikap negative, yakni
berupa kekurangpuasan atau bahkan penolakan terhadap dirinya sendiri. Hal
demikian tentunya dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak,khususnya
dalam pembentukan kesan tentang tubuh dan konsep dirinya.
8
D.Periode
perkembangan fisik anak
Periode perkembangan/pertumbuhan
fisik anak dapat dibagi menjadi 4 periode utama, dua periode ditandai dengan
perkembangan yang cepat, dan dua periode lainnya ditandai dengan perkembangan
yang lambat. Selama periode pralahir dan 6 bulan setelah lahir, perkembangan
tubuhnya sangat cepat. Pada akhir tahun pertama kehidupan pasca lahirnya,
perkembangan seorang bayi memperlihatkan tempo yang sedikit lambat dan kemudian
menjadi stabil sampai si anak memasuki tahap remaja, atau tahap kematangan
kehidupan seksualnya. Hal ini dapat dimulai ketika anak berusia sekitar 8
sampai 12 tahun. Mulai saat itu sampai ia berumur 15 atau 16 tahun pertumbuhan
fisiknya akan cepat kembali dan biasanya masa ini disebut ledakan pertumbuhan
puberitas. Periode ini
kemudian akan disusul dengan priode tenang kembali sampai ia memasuki tahap
dewasa. Tinggi badan yang sudah tercapai pada periode keempat ini akan tetap
sampai ia tua, tetapi berat tubuh masih dapat berubah-ubah.
E.Anak
pra-sekolah dan anak sekolah
- a Perkembangan fisik / jasmani
(Zeller, 1952, Hetzer, 1961)
sekitar 6 tahun terlihat bahwa badan anak bagian atas lebih lamban
berkembangnya daripada badan bagian bawah. Anggota-anggota badan masih relative
pendek, kepala relatif besar, perutnya masih besar dan ada gigi susu.
Sesudah itu bila anak sudah mencapai bentuk anak
sekolah maka ia akan lebih menyerupai bentuk orang dewasa daripada misalnya
anak umur 2 tahun. Bertambahnya berat badan sebagian
besar merupakan akibat bertambahnya jaringan urat daging. Dalam jeseluruhannya
maka keadaan jasmani anak menjadi lebih stabil dan lebih kuat.
Sebagai akibat bertambahnya
differensiasi dan myelinisasi (myeline = suatu zat seperti lemak
dalam sungsum tulang belakang dan urat syaraf) dalam susunan urat syaraf
maka kecakapan-kecakapan motorik bertambah banyak. Pada umur 5 tahun
keseimbangan badan anak sodah berkembang cukup baik, anak sudah pandai
berjalan, dapat naik tangga, meloncat dari tanah dengan kedua kakinya
bersama-sama dan sering juga sering juga sudah dapat bersepeda.
Sesudah umur 6 tahun, pertumbuhan
badan menjadi agak lambat, daripada waktu-waktu sebelumnya. Sampai umur 12 tahun
anak bertambah panjang 5 sampai 6 cm tiap tahunnya. Sampai umur 10 tahun dapat
dilihat bahwa anak laki-laki agak lebih besar sedikit daripada anak wanita,
sesudah itu maka wanita lebih unggul dalam panjang badan, tetapi sesudah kurang
lebih 15 tahun anak laki-laki mengejarnya dan tetap unggul daripada anak
wanita.
9
Berat badan anak bertambah lebih
banyak daripada panjang badannya. Pada akhir periode ini diketemukan lebih
banyak perbedaan individual diantara anak-anak, sekarang nampak lebih banyak
perbedaan fisik yang khas daripada dulu.
Seperti telah diketemukan dimuka
maka pada permulaan masa sekolah, jadi sekitar 6 tahu, kaki dan tangan menjadi
lebih panjang, dada dan panggul lebih besar. Dalam hal ini hampir tidak ada
perbedaan-pebedaan karena jenis seks. Pada umumnya ada relasi yang tetap dalam
perkembangan tulang dan jaringan. Dengan terus bertambahnya berat badan dan
kekuatan badan dapat diharapkan bahwa kemampuan seperti lari, meloncat, dan
melempar akan bertambah dalam masa ini. Dari itu juga dapat nampak anak makin
bertambah cepat larinya. Juga mereka makin pandai meloncat dengan bertambahnya
usia. Dalam hal ini sekali lagi ada perbedaan pada masing-masing anak.
Pada umur 6 tahun keseimbangan
badanya relatif berkembang baik, anak makin dapat menjaga keseimbangan badannya
(paling senang berjalan di atas dinding, pagar dan sebagainya). Penguasaan
badan seperti membongkok, melakukan macam-macam latihan senam serta aktivitas
olah raga berkembang dalam masa anak sekolah. Juga berkembang koordinasi antara
mata dan tangan (visio-motorik) yang dibutuhkan untuk membidik, melempar dan
menangkap.
Kekuatan badan dan kekuatan tangan
pada anak laki-laki bertambah dengan pesat antara usia 6 da 12 tahun. Dalam masa
ini juga ada perubahan daalam sifat dan frekuensi motorik kasar dan halus. Ternyata bahwa kecakapan motorik ini makin disesuaikan
dengan ‘keleluasaan’ lingkungan. Gerakan motorik sekarang makin tergantung
daripada aturan formal dan aturan yang telah ditentukan dan bersifat kurang
spontan. Gerakan yang sangat banyak dilakukan oleh anak makin berkurang pada
akhir masa ini.
- b. dari masak sekolah ke mampu sekolah
Sejak lama kriteria bagi anak untuk
dapat diterima di sekolah dasar adalah “kemasakan”. Bagi Indonesia kriteria umur
memegang peranan penting. Anak baru bisa diterima bila sudah mencapai umur 7
tahun. Kriteria umur ini sebetulnya mencakup kriteria lain yang juga
berhubungan dengan kemasakan, yaitu :
- Anak harus dapat kerjasama dalam kelompok dengan anak-anak lain, yaitu anak tidak boleh masih tergantung pada ibunya, melainkan harus dapat menyesuaikan diri dengan kelompok teman-teman sebayanya.
- Anak harus dapat mengamati secara analitis. Ia harus sudah dapat mengenal bagian-bagian dari keseluruhan dan dapat menyatukan kembali baagian-bagian tersebut. Jadi disini anak harus sudah mempunyai kemampuan memisah-misahkan.
10
- Anak secara jasmaniah harus sudah mencapai bentuk anak sekolah. Petunjuk untuk ini adalah kalau sudah dapat memegang telinga kirinya dengan tangan kanan melalui atas kepala, atau anak kidal maka tangan kiri harus dapat mencapai telinga kanan melalui atas kepala. Inilah yang disebut ukuran ‘filipino’ (di Nederland hal ini sampai sekarang
masih merupakan ukuran apakah anak sudah mencapai “masa
sekolah” atau belum).
Kriteria apapun yang akan dipilih
namun selalu ada sesuatu yang bersifat “sembarang”. Kalau dilihat kepandaian
saja, sebetulnya sangat mungkin kalau anak-anak umur 3 atau 4 tahun sudah masuk
sekolah asal kriterianya diubah dan didaktifnya disesuaikan. Misalnya teknik
membaca sudah dapat diajarkan pada anak-anak umur 3 tahun, asal dipakai
cara-cara yang tepat. Moore
menciptakan mesin tulis yang dapat bicara dan dapat mempelajari anak membaca
pada umur 3 tahun. Di Nederland juga diusahakan pelajaran membaca untuk
anak-anak pra sekolah. Namun mempelajari anak membaca dan menulis sebelum
waktunya juga mempunyai segi-segi negatifnya. Disamping belum berkembangnya
kemampuan motorik halus dengan baik, mempelajari sesuatu pada anak sebelum
waktunya, mengandung kelemahan karena :
- Seringkali anak diberi pelajaran membaca pada waktu sangat muda saja untuk memuaskan kebanggaan orangtuanya, jadi tidak demi kepentingan anaknya.
- Kalau anak mengerti bahwa ia sudah menguasai apa yang akan dipelajarkan di kelas satu hal itu akan bisa menurunkan motivasi belajarnya dan menyebabkan sikap yang negatif terhadap tugas-tugas yang harus dilakukannya.
Suatu masalah yang khusus dalam
hubungan ini adalah mengenai anak-anak yang sangat pandai. Keinginan belajar
mereka pada usia yang sangat muda menyebabkan mereka “secara main-main” sudah
belajar membaca sebelum mereka pergi ke sekola. Sangat disayangkan bahwa
penampungan yang sesuai bagi mereka baik di Indonesia maupun di kebanyaka
Negara Eropa masih belum ada.
Dalam memberikan bimbingan yang
lebih baik pada anak dapat dianjurkan untuk memilih istilah “kemampuan sekolah”
daripada “kemasakan sekolah”. Kemasakan menunjuk pada proses yang terjadi dari
dalam secara spontan, sedangkan mampu sekolah ditentukan oleh factor-faktor
dari luar seperti lingkungan dan keluarga.
11
Tes yang dikembangkan di Nijmegen yaitu NST (Nijmegen
Schoolbekwaamheids Test) yang merupakan pengolahan tes Gopinger dari Jerman
mengungkap kemampuan sekolah anak. Tes ini dilengkapi dengan sebuah daftar
pertanyaan untuk orangtua dan daftar pertanyaan untuk guru TK. Daftar
pertanyaan ini berhubungan dengan 3 aspek tingkah laku, yaitu penyesuaian
sosial, kemampuan kerja, dan sikap mandiri.
Dari hasil tes yang diberikan dalam
kelompok –kelompok lecil dan dari hasil daftar pertanyaan, diusahakan untuk,
dengan pembicaraan dengan guru taman kanak-kanak dan guru kelas satu sekolah
dasar, menilai setepat-tepatnya tiap anak-anak sendiri-sendiri. Dengan begitu
dapat dimungkinkan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan,
kekurangan-kekurangan maupun kemampuan-kemampuannya dan dapat memberikan start
yang seoptimal mungkin. Jadi penting disini bukan menseleksi, melainkan
menentukan (diagnosis) akan kemungkinan-kemungkinan yang ada pada setiap anak.
Menurut Sullwod (1983) maka suatu tes yang mengukur kemampuan bersekolah
menentukan apakah seorang anak pada dasarnya telah mampu untuk melakukan
tugas-tugas sekolah. Di Jerman maka tes masuk Sekolah Dasar sering digolongkan
sebagai tes masuk sekolah. Dengan demikian maka tes semacam itu harus dapat
mencatat fungsi-fungsi yang berhubungan dengan usia atau kemasakan. Tes yang
lazim dipakai sering dikaji mengenai nilai diagnotisnya dan seringkali
ditemukan korelasi yang tinggi dengan nilai hasil belajar anak serta hasil
nilai tes inteligensi. Namun menurut Sullwold maka berbagai “tes
kemasakan sekolah” seperti itu lebih merupakan suatu petunjuk mengenai
kemampuan anak masuk sekolah.
Menurut metode yang baru maka
penerimaan anak masuk sekolah tidak terlalu didasarkan pada tingkat kemasakan
anak, melainkan didasarkan pada persesuaian antara kemampuan yang ada pada anak
dengan kriteria yang ditentukan untuk penerimaan di Sekolah Dasar tersebut (Brundel,
1989). Brundel membicarakan secara panjang lebar mengenai metode penerimaan
sekolah di Kiel (KE) serta metode diagnostik penerimaan sekolah di Mannheim (MSD). Konklusi
yang diperoleh adalah bahwa metode yang dipakai itu mempunyai untung ruginya.
Meskipun begitu dapat diangggap bahwa metode-metode tersebut memberikan
sumbangan yang berharga terhadap cara penanggulangan berbagai kekurangan pada
anak yang untuk pertama kali masuk sekolah. Heinbokel (1996) mengajukan
suatu kritik terhadap keadaan tersebut, yaitu bahwa diagnostik yang dipakai
untuk penerimaaan sekolah terlalu berorientasi negatif. Kekurangan anak harus
ditemukan pada waktu anak untuk pertama kali masuk sekolah, tetapi tidak pernah
disinggung mengenai anak yang mempunyai kelebihan dalam perkembangannya, yaitu
anak yang berbakat.
12
Anak berbakat khususnya dapat
dikenal dari semangat belajarnya yang tinggi serta kecepatannya untuk mengerti
berbagai masukan yang diterimanya.
Di Belanda anak dianggap wajib masuk
sekolah pada usia 5 tahun, meskipun juga sudah boleh masuk sekolah bila ia
sudah berusia 4 tahun. Berhububung dalam psikologi perkembangan usia kalender
bukan merupakan pengertian normatif, melainkan hanya digunakan untuk mengadakan
sistematik data, maka justru anak-anak berbakat, berhubung adanya kelebihan
atau percepatan dalam
perkembangan mereka maka seringkali
anak berbakat tadi lebih awal menjadi “mampu sekolah” dibanding teman-teman
sebayanya.
Di Indonesia telah ada laporan
mengenai penggunaan NST di Bandung dan menghasilkan hal-hal sebagai berikut :
bahwa ada tiga kriteria yang pokok, yaitu ;
- Penyesuaian sosial
- Kemampuan kerja
- Dan sikap mandiri
Diketemukan bahwa sikap mandiri
memperoleh sekor yang paling rendah.
Sekarang sedang diteliti oleh sebuah
komisi ahli apakah anak usia empat tahun yang pertama kali masuk sekolah dapat
dites sedemikian rupa hingga anak yang “dirugikan” itu sejak awal sudah dapat
memperoleh bantuan yang sesuai. Pusat institute untuk pengembangan tes di Arnhem meneliti kemajuan
belajar anak Sekolah Dasar (usia 4-6 tahun) sesudaah selang waktu dua tahun.
Hasil yang diperoleh adalah bahwa pada anak usia empat tahun itu sudah namoak
adanya perbedaan yang sangat besar dalam lingkup pengetahuan actual, kemampuan
pengertian, serta kemampuan belajar.
Ada
anak usia empat tahun yang dapat mencapai nilai yang tertinggi, sedangkan
anak-anak lain tidak dapat menjawab satupun dari soal-soal yang diberikan.
Selanjutnya dapat diketemukan bahwa anak yang sejak awal di Sekolah Dasar
mencapai tingkatan yang sangat tinggi (mempunyai loncatan perkembangan) pada
akhir dua tahun yang pertama hanya mengalami kemajuan yang sangat sedikit,
bahkan ada yang mencapai hasil di bawah tingkatan yang semula. Hal itu
menimbulkan dugaan bahwa masa-masa awal Sekolah Dasar bagi sementara anak bukan
merupakan tempat yang dapat meningkatkan belajar anak, melainkan justru dapat
merugikan.
Van Kuyk (1996) berpendapat bahwa pelajara mengenai pembentukan
pengertian, cara berfikir, ketrampilan menyatakan sesuatu dan ketrampilan
berhitung harus menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
13
Hasil-hasil tersebut sesuai dengan
hasil yang diperoleh Heinbokkel (1996) yang menunjukan bahwa diferensiasi dalam
cara memberikan pelajaran juga harus dilakukan pada kelas-kelas atas.
Diferensiasi dalam menyajikan bahan pelajaran memberikan rasa berhasil pada
anak yang kurang pandai, sedangkan pada anak yang pandai dapat memberikan bahan
berpikir dan bahan belajar yang menggairahkan. Diagnostik pada masuk sekolah
hanya dapat membantu anak bila pada masing-masing anak diberikan pelajaran yang
sesuai dengan iramanya sendiri-sendiri.
F.
Pengaruh perkembangan fisik terhadap perilaku anak
Pertumbuhan/perkembangan fisik, baik
secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perilaku anak
sehari-hari. Secara langsung perkembangan fisik seseorang akan menentukan
keterampilan anak dalam bergerak. Secara tidak langsung perkembanga fungsi
fisik akan mempengaruhi bagaimana anak ini memandang dirinya sendiri dan
bagaimana ia memandang orang lain.
G.
Proses, Tahapan, dan Karakteristik Perkembangan Aspek Fisik.
Awal dari perkembangan pribadi
seseorang pada asasnya bersifat biologis (Allport,1957). Dalam
taraf-taraf perkembangan selanjutnya, normalitas dari konstitusi, struktur, dan
kondisi jasmaniyah seseorang akan mempengaruhi normalitas kepribadiannya,
khususnya yang bertalian dengan masalah Body Image, self esteem,
dan rasa harga dirinya. Perkembangan fisik ini mencakup aspek-aspek anatomis
dan fisiologis.
- Perkembangan Anatomis
Perkembangan
anatomis ditunjukkan dengan adanya perubahan kuantatif pada stuktur tulang
belulang. Indeks tinggi dan berat badan, proporsi tinggi kepala dengan tinggi
garis keajengan badan secara keseluruhan.
tulang
belulang pada masa bayi bverjumlah 27 yang masih lentur, berpori dan
sambungannya longgar, pada awal masa remaja menjadi 3540 dan pada usia
menjelang dewasa 200 integrasi, persenyawaan dan pergeseran ( Crow &
Crow,1956 : 36 )
Berat
badan tinggi badan pada waktu lahir umumnya sekitar 3-4 kg dan 0-60 cm, masa
kanak – kanak sekitar 12-19 kg dan 90-120 cm.
Proporsi
tinggi kepala dan badan pada masa bayi dan kanak – kanak sekitar 1:4, menjelang
dewasa menjadi 1:8 atau 10.
- Perkembangan fisiologi
Perkembangan
fisiologi ditandai dengan adanya perubahan – perubahan secara
kuantitatif,kualitatif dan fungsional dari system – sisterm kerja hayati
seperti kontraksi otot.
14
H. Perkembangan yang terganggu
A.
Permasalahan dalam belajar
Permasalahan
belajar meliputi anak-anak yang mempunyai kesulitan dalam mempelajari
pengetahuan yang diharapkan diperoleh di sekolah.
Anak
dengan permasalahan belajar biasanya mempunyai permasalahan yang khusus
(misalnya kesulitan membaca), sedangkan inteligensinya normal (IQ lebih dari 85
@ 90) dan biasanya tidak mempunyai penyimpangan yang lain. Anak yang sulit
belajar adalah mereka yang mempunyai retardasi pada beberapa bidang pelajaran
serta IQ 50 @ 55 sampai 80 ( Van Weelden,1988 ). Dulu dikenal dengan sebutan anak
terbelakang mental, di Indonesia disebut anak “tuna grahita”.
B.Permasalahan
membaca
Anak
dengan kesulitan membaca disebut disleksi. Anak-anak tersebut mempunyai
keterbelakangan membaca yang besar dibanding teman-teman sebayanya dalam
Sekolah Dasar. Keterbelakangn ini bervariasi dari usia 1,5 sampai 4 tahun.
C.Permasalahan
berhitung
Anak
dengan permasalahan belajar pada umumnya mempunyai keterbelakangan yang besar
dalam kemampuan berhitung dibanding teman sebayanya. Disamping itu mereka juga
tidak dapat menerapkan pengertian yang mereka miliki pada permasalahan
berhitung yang mereka hadapi.
15
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Peserta didik membutuhkan tuntunan atau bimbingan agar bisa
mengembangankan bakat dan minatnya dengan benar. Perkembangan peserta didik berkenaan
dengan keseluruhan kepribadian individu, karena kepribadian individu membentuk
satu kesatuan yang terintegrasi. Kesatupaduan kepribadian ini sebenarnya sukar
dipisah-pisahkan, tetapi untuk sekedar membantu mempermudah mempelajari dan
memahami, pembahasan aspek demi aspek biasa dilakukan.
- SARAN
Kami
menyarankan orang tua wali agar tidak terlalu mengengkang anaknya, karena bisa
tidak berkembang cara berfikir dan tidak bisa bersosialisasi kepada orang lain.
Dan jangan lah melarang bakat – bakat yang dimiliki anak selama itu baik.
Daftar Pustaka
- Koesmijati, Endang. 2005. “Perkembangan Peserta Didik”. Malang : Universitas Wisnuwardana
- www.google.com
- www.pdfdatabase.com
- Hartinah, Sitti. 2008. “Perkembangan Peserta Didik”. Tegal : PT.Refika Aditama.
- Haditono,S.R. 2006.”Psikologi Perkembangan”.Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada
bagus,,
ReplyDelete