Total Pageviews

Monday, November 7, 2011


ARTIKEL
DOPING


Disusun:
Andrian cahyadi

NIM.08.1.01.09.0439

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STKIP PGRI PACITAN
JL. Cut Nya Dien Ploso, Pacitan (0357) 881488




BAHAYA ”DOPING” UNTUK ATLET
Ambisi untuk menang dalam jagat olah raga, baik bagi kebanggaan diri sendiri, keluarga, maupun negara, menyebabkan atlet, pelatih, atau si orang tua atlet menghalalkan segala cara. Tersering, cara yang digunakan adalah meminum secara teratur obat, ramuan tetumbuhan, atau zat tertentu agar otot tubuh menjadi besar dan kuat.

Pemakaian Hormon Akan Menyebabkan Tumbuhnya Sifat Pria

Ambisi untuk menang dalam jagat olah raga, baik bagi kebanggaan diri sendiri, keluarga, maupun negara, menyebabkan atlet, pelatih, atau si orang tua atlet menghalalkan segala cara. Tersering, cara yang digunakan adalah meminum secara teratur obat, ramuan tetumbuhan, atau zat tertentu agar otot tubuh menjadi besar dan kuat.

Cara tersebut -- populer disebut doping -- dilarang dalam dunia olah raga karena dianggap tidak jujur. Selain itu, doping juga berbahaya bagi kesehatan si atlet sebab itu dapat menyebabkan timbulnya penyakit, cacat, bahkan kematian. Jadi, keuntungan yang didapat tidaklah seimbang dengan kerugian yang akan diderita bertahun-tahun kemudian. Belum lagi kalau ketahuan, si atlet dan pembinanya harus menanggung rasa malu.

Keberadaan doping di kalangan atlet agak sulit dibendung selama si atlet tidak mengakui keberadaan dan kemampuan fisiknya sendiri. Sudah banyak peraturan dan batasan-batasan yang sengaja dibuat untuk selalu menjaga kejujuran, bahkan sudah banyak sanksi tegas, mulai dari yang ringan sampai yang berat, diberlakukan pada mereka yang terbukti melanggar.

Hingga kini, jenis obat yang masuk doping adalah golongan stimulant (perangsang), golongan narkotik analgesic, golongan anabolik steroid, golongan betablocker, golongan diuretika, dan golongan peptide hormons dan analognya.
Selain itu, ada cara tertentu yang termasuk doping yaitu doping darah, manipulasi secara fisik, dan farmakologi. Adapun, bahan obat yang dibatasi adalah alkohol, mariyuana, anestesi lokal, dan kortikosteroid.

Salah satu jenis doping yang paling sering digunakan para atlet adalah obat-obatan anabolik, termasuk hormon androgenik steorid. Jenis hormon ini punya efek berbahaya, baik bagi atlet pria maupun atlet perempuan karena mengganggu keseimbangan hormon tubuh serta meningkatkan risiko terkena penyakit hati dan jantung.

Khusus bagi atlet perempuan, pemakaian hormon ini akan menyebabkan tumbuhnya sifat pria, seperti berkumis, suara berat, dan serak. Lalu, timbul gangguan menstruasi, perubahan pola distribusi pertumbuhan rambut, mengecilkan ukuran buah dada, dan meningkatkan agresivitas. Bagi atlet remaja, itu akan mengakibatkan timbulnya jerawat. Yang terpenting, pertumbuhannya akan berhenti.

Zat doping lain yang digunakan biasanya oleh pemanah dan penembak dengan tujuan meningkatkan ketenangan, mengurangi tangan gemetar, menurunkan denyut jantung agar lebih mudah berkonsentrasi adalah obat yang tergolong betablocker. Obat ini digunakan dokter untuk mengobati penyakit jantung, yaitu mengurangi palpitation (jantung berdebar) dan menurunkan tekanan darah (penderita penyakit jantung akibat tekanan darah tinggi).

Hal yang sering terjadi pada atlet wanita adalah pemakaian obat analgesic. Tujuannya jelas bahwa itu sebagai penghilang rasa sakit ketika haid menjelang. Tetapi, dampaknya jika salah memilih obat bisa mengakibatkan sulit bernapas. mual, kehilangan konsentrasi, dan mungkin menimbulkan adiksi atau kecanduan.

Pada beberapa jenis olah raga yang mempunyai kriteria berat badan, misalnya angkat besi, atlet wanita atas kemauan sendiri atau arahan pelatihnya menggunakan diuretika, yang tujuannya mengeluarkan cairan tubuh. Banyak dan cepatnya pengeluaran air seni ini akan cepat menurunkan berat badan sebab 60 persen dari berat badan manusia terdiri atas air.

Sayangnya, bersama itu akan terbawa keluar pula beberapa jenis garam mineral. Akibatnya timbul kejang otot, mual, sakit kepala, dan pingsan. Pemakaian yang terlalu sering mungkin akan menyebabkan gangguan ginjal dan jantung.

Tentu saja kita yang patuh dengan prinsip sportivitas tetap berkeyakinan bahwa masih banyak atlet kita yang andal dan mampu mematuhi aturan yang diberlakukan IOC. Olah ragawan atau atlet kita masih bisa berprestasi tanpa doping.

Cara doping lainnya adalah menggunakan suntikan eritropoetin dan menyuntikkan darah. Kedua cara ini akan meningkatkan jumlah sel darah merah di dalam tubuh. Fungsi sel darah merah melalui hemoglobin adalah mengangkut oksigen. Dengan jumlah oksigen yang cukup bagi seluruh tubuh, proses pembakaran akan berjalan lancar sehingga energi yang dihasilkan akan bertambah.

Cara ini biasanya untuk atlet yang memerlukan daya tahan lama. Misalnya, untuk lari jauh, maraton, triatlon, sky, berenang 800 m, dan balap sepeda jarak jauh. Namun, efek bahaya suntikan eritropoetin berupa darah menjadi lebih pekat sehingga mudah menggumpal dan memungkinkan terjadinya stroke (pecahnya pembuluh darah di otak).

Sementara, doping dengan suntikan darah akan menimbulkan reaksi alergi, meningkatnya sirkulasi darah di atas normal, dan mungkin gangguan ginjal. Golongan obat peptide hormonis dan analognya dapat berakibat si atlet menderita sakit kepala, perasaan selalu letih, depresi, pembesaran buah dada pada atlet pria, dan mudah tersinggung.

Selain sejumlah kerugian tadi, dampak kejiwaan yang diderita atlet pengguna doping yang ketahuan adalah suatu siksaan tersendiri. Banyak atlet pemakai doping yang menderita depresi. Oleh karena itu, hanya mereka (atlet) yang menggunakan doping 99 persen bakat, 99 persen keuletan, dan 99 persen kerja keras yang akan memenangi kompetisi.(pikiran-rakyat.com)

Doping sebenarnya tak lebih dari obat perangsang. Yang dirangsang biasanya adalah kinerja darah, otot, pusat susunan syaraf, hingga kinerja sistem metabolisme tubuh untuk percepatan pengubahan karbohidrat menjadi energi. Intinya, dengan melakukan doping, seorang atlet akan memperoleh stimulan yang beraksi untuk menimgkatkan kesiapan, kemampuan kompetitif, dan daya serang dan mengurangi kelelahan, membuat atlet merasa lebih kuat, lebih enerjik dan tegas.
Bahan doping yang paling banyak digunakan adalah:
    A.      THG (tetrahydrogestrinone).
Fungsi dan cara kerja zat ini sama dengan berbagai jenis obat pemacu darah seperti erythropoietin (EPO), human growth hormone (HGH), atau perangsang modafinil dan insulin.
Kenapa TGH demilian populer ?. Sederhana saja alasannya. Badan Antidoping dunia takmemasukkan obat buatan Bay Area Laboratory Co-operative (Balco, pabrikan farmasi dari Amerika) ini ke dalam daftar hitam doping. Dia baru dimasukkan ke dalam daftar doping setelah diketahui fungsinya dapat mempertinggi perfoma seorang atlet.
Tapi begitu TGH makan korban antara lain dicopotnya medali emas dari  400 meter Olimpiade, Alvin Harrison, THG
rjuara lari estafet 4  perlahan mulai dilupakan para atlet. Belakangan obat perangsang yang kerap disebut “the cream” banyak dilirik para atlet. “The cream” adalah sebuah campuran antara unsur hormon tetosterone dan hormon epitesterone. Krim itu biasanya dioleskan ke kaki, dada,dan tangan. THG dan “The Cream” ini dianggap paling cocok dipakai para atlet yang memerlukan kekuatan ekstra dalam tempo singkat seperti pelari jarak pendek maupun atlet-atlet binaraga.
     B.          EPO
 Zat ini berfungsi memperbaiki daya tahan. Menurut Vivian James, seorang ahli patologi kimia Inggris, EPO berfungsi meningkatkan jumlah sel darah merah. Dengan menenggak EPO, kelelahan akan jauh lebih cepat terusir.
    C.          Modafonil
 Merupakan Zat yang kerap dipakai untuk meningkatkan prestasi. Zat ini berperan dalam meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh.
    D.          zat HGH (Human Growth Hormone alias hormon pertumbuhan manusia)
Zat ini berfungsi membantu sintesa protein untuk memulihkan otot yang lelah dan membakar lemak agar menjadi energi. Obat-obat diuretik yang berfungsi membuang kadar air sebanyak-banyaknya melalui kencing agar bobot mereka turun saat dilakukan timbangan. Biasanya digunakan atlet yang cabang olahraganya menggunakan unsur timbangan seperti tinju.

     E.          Zat anabolic steroids.
Zat ini merangsang sel otot dan tulang untuk membuat protein baru. Insulin , tiruan hormon yang dihasilkan kelenjar pankreas untuk menyerapgula di dalam aliran darah, dipakai untuk meningkatkan performa. Metode yang lain lagi adalah dengan menyuntikkan seldarah merah ke dalam tubuh mereka yang telah dibekukan ataupun berasal dari donor.






No comments:

Post a Comment