Total Pageviews

Thursday, March 21, 2013

skripsi penjas,ANDRIYAN CAHYADI,UNP KEDIRI


PENGARUH LATIHAN LEAPS TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRI KELAS XI SMK NEGERI 2 PACITAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana (S.1) Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Nusantara PGRI Kediri


UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI


 oleh :
ANDRIYAN CAHYADI
 NIM. 08.1.01.09.0439

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
2012


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani Olahraga Dan Kesehatan ( Penjasorkes ) adalah salah satu mata pelajaran di sekolah yang mempunyai peran penting terhadap pencapaian tujuan belajar mengajar secara keseluruhan. Penjasorkes merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan baik di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Oleh karena itu penjasorkes merupakan salah satu muatan pendidikan dalam segala jenjang tingkatan pendidikan. Selain untuk keseragaman materi pendidikan, juga merupakan salah satu metode pencapaian sasaran pendidikan atau berusaha mencapai suatu taraf prestasi tertentu. Hal ini ditandai dengan sering diadakannya kejuaraan atau pertandingan yang mengikutsertakan pelajar dan memperlombakan nomor-nomor cabang olahraga yang di antaranya adalah atletik yang meliputi jalan, lari, lompat dan lempar.
Atletik itu sendiri merupakan satu cabang olahraga yang termasuk dalam materi pokok dalam penjasorkes. Keberadaan cabang olahraga atletik mempunyai peran penting untuk menunjang perkembangan dan pertumbuhan gerak anak. Melalui penjasorkes, nomor-nomor cabang olahraga atletik diajarkan kepada siswa, Hal ini dimaksudkan agar siswa mengenal dan menguasai macam-macam nomor cabang olahraga atletik. Salah satunya nomor yang akan dikaji dan diteliti yaitu nomor lompat khususnya lompat jauh gaya jongkok.
Lompat jauh merupakan salah satu materi yang diajarkan dalam pelajaran Penjasorkes di SMK Negeri 2 Pacitan. Berdasarkan kenyataannya, pelaksanaan penjasorkes telah berjalan dengan baik termasuk lompat jauh. Menurut hasil observasi dari penulis yang diperoleh dari salah satu guru di SMK Negeri 2 Pacitan sejauh ini kemampuan yang diperoleh siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan,khusunya pada siswa putri kelas XI rata-rata 2m-2,5m hasil dari lompatannya.Karena masih rendahnya kemampuan lompat jauh gaya jongkok maka perlu ditelusuri faktor-faktor penyebabnya.
Beberapa faktor penyebabnya mungkin kurang baiknya kemampuan  lompat jauh para siswa berasal dari power otot-otot tubuhnya yang belum terlatih, selama ini siswa hanya dilatih atau diajarkan dengan langsung melompat begitu saja tanpa memperhatikan unsur-unsur yang mendukung hasil lompatan seperti power otot. Dalam pengertian, pemberian materi yang dilakukan selama ini hanya semata-mata mengarah pada kemampuan melakukan gerakan lompat jauh tanpa mempertimbangkan dan melatih faktor-faktor yang menunjang untuk lompat jauh, seperti kemampuan power otot yang  sangat berperan dalam hasil lompatan.
Upaya untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok dipengaruhi oleh banyak faktor. Kemampuan fisik dan dan penguasaan teknik melompat yang baik dan benar merupakan faktor yang mempengaruhi pencapaian kemampuani lompat jauh. Fisik dan teknik merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan. Hal ini karena, penguasaan teknik yang baik hanya dapat dilakukan apabila memperoleh dukungan kemampuan fisik yang baik pula. Kemampuan fisik yang baik memberikan keuntungan terhadap efisiensi dan efektivitas gerakan, sehingga prestasi dapat dicapai.
Ditinjau dari faktor kondisi fisik, kemampuan menolak merupakan faktor yang penting dalam usaha mencapai jarak lompatan sejauh-jauhnya. Kemampuan melakukan tolakan semaksimal mungkin dibutuhkan kecepatan dan kekuatan dari otot-otot tungkai yang harus dikerahkan dalam waktu singkat.
Kemampuan mengubah gerak horizontal menjadi gerak vertikal dibutuhkan kualitas kecepatan dan kekuatan otot-otott tungkai yang harus dikerahkan dalam waktu yang singkat saat melakukan tolakan. M. Sajoto (1995:17) menyebutkan “Salah satu unsur kondisi fisik yaitu latihan power atau daya ledak. Sedang latihan yang dapat meningkatkan explosif power (kekuatan daya ledak) menurut M. Furqon dan Muchsin Doewes (2002:12) antara lain adalah : 1)Melompat memantul jauh ke depan atas (bounds), 2) Loncat-loncat vertikal (hops), 3) Melompat (jump), 4) Lompat berjingkat (leaps), 5) Langkah dekat (Skips), 6) memantul-mengambul (Ricochets)”.
Latihan merupakan sarana penting untuk mencapai prestasi olahraga, termasuk lompat jauh gaya jongkok. Klasifikasi latihan yang didasarkan atas fisiologis dan keterampilan sangat diperlukan untuk menjamin tercapainya prestasi yang optimal. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam pelatihan adalah adanya klasifikasi latihan yang didasarkan atas karakteristik tuntutan kinerja motorik. Klasifikasi latihan dan keterampilan untuk gerak siklis, asiklis, dan kombinasi asiklis yang didasarkan atas pengukuran kemampuan biomotorik telah diterima secara luas sebagai kriteria kerja motorik.
Power merupakan suatu aspek yang merupakan kombinasi dari kemampuan biomotorik yang terpenting dalam berbagai macam olahraga salah satunya yaitu lompat jauh. Power merupakan aplikasi kombinasi antara kekuatan dan kecepatan yang dikerahkan dalam waktu yang singkat.
Power dapat dilatih dan dikembangkan melalui berbagai macam cara, diantaranya latihan pliometrik. Secara umum latihan pliometrik memiliki aplikasi yang sangat luas dalam kegiatan olahraga, dan secara khusus latihan pliometrik sangat bermanfaat untuk meningkatkan power.
 Banyak metode latihan yang digunakan sebagai metode untuk meningkatkan power, diantaranya dengan latihan pliometrik. M. Furqon H dan Muchsin Doewes (2002:1) menjelaskan bahwa,” pliometrik adalah suatu metode untuk mengembangkan daya ledak (explosive power), suatu komponen paling penting dari sebagian besar prestasi atau kinerja latihan.
Latihan leaps  adalah sikap berdiri tegak dengan satu kaki, sementara kaki yang lain ditekuk ke belakang, sikap tangan ditekuk di samping badan berjingkat dengan satu kaki.
Latihan leaps merupakan salah satu bentuk latihan pliometrik untuk meningkatkan power. Dan belum diketahui secara pasti latihan leaps berpengaruh  terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok. Untuk mengetahui pengaruh latihan leaps terhadap peningkatan power otot tungkai, maka perlu dikaji dan diteliti melalui penelitian eksperimen.
Permasalahan yang dikemukakan di atas yang melatar belakangi judul “ Pengaruh Latihan Leaps terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok pada Siswa Putri Kelas XI SMK Negeri 2 Pacitan Tahun 2012/2013”.

B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
  1. Masih rendahnya kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa putri  kelas XI SMK Negeri 2 Pacitan tahun 2012/2013.
  2. Kemampuan power otot tungkai siswa putri kelas XI SMK Negeri 2 Pacitan tahun 2012/2013 masih rendah dan perlu ditingkatkan.
  3. Belum pernah diterapkan latihan pliometrik leaps di SMK Negeri 2 Pacitan.
  4. Belum diketahui pengaruh latihan leaps terhadap kemampuan lompat jauh
  5. Terbatasnya waktu, sehingga guru tidak dapat menerapkan latihan yang dapat meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok.

C.    Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas , maka permasalahan  yang muncul perlu dibatasi agar tidak menimbulkan bias dalam penelitian, pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.    Pengaruh latihan leaps terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa  kelas XI SMK Negeri 2 Pacitan
2.    Kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa  kelas XI SMK Negeri 2 Pacitan.

D.    Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.      Adakah pengaruh latihan leaps terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa putri kelas XI SMK Negeri 2 Pacitan tahun 2012/2013?
2.      Apakah ada manfaat yang signifikan antara latihan leaps terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putri kelas XI SMK Negeri 2 Pacitan tahun pelajaran 2012/2013?

E.     Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1.       Pengaruh latihan leaps terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa putri  kelas XI SMK Negeri 2 Pacitan tahun 2012/2013.
2.      Untuk mengetahui manfaat yang signifikan antara latihan leaps terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putri kelas XI SMK Negeri 2 Pacitan tahun pelajaran 2012/2013?

F.     Manfaat Penelitian
              Dari hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat antara lain:
1.    Bagi siswa, hal ini  dapat meningkatkan penguasaan teknik dan power otot tungkai, sehingga dapat meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkoknya.
2.    Bagi peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam bidang penelitian dan dapat dikembangkan lebih lanjut.
3.    Bagi sekolah SMK Negeri 2 Pacitan, dapat menambah pengetahuan dalam ilmu olahraga mengenai latihan kondisi fisik khususnya dalam peningkatan power otot tungkai.
4.      Bagi FKIP Universitas Nusantara PGRI Kediri, Memberikan informasi tentang hasil penelitian yang nantinya dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki pembinaan cabang olahraga atletik pada umumnya dan nomor lompat jauh pada khususnya



 BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Lompat Jauh
      Lompat jauh  merupakan keterampilan gerak berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan satu kali tolakan melalui balok tolakan dengan sekuat-kuatnya untuk mendarat sejauh mungkin. Gerakan-gerakan dalam lompat jauh tersebut dilakukan secara baik dan harmonis tidak terputus-putus pelaksanaannya agar diperoleh lompatan sejauh-jauhnya.
Aip Syarifuddin (1992:90) mengemukakan, “bahwasannya lompat jauh merupakan suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melalui tolakan pada salah satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya”. Lompat jauh gaya jongkok  disebut juga gaya duduk di udara (sit down in the air). Dikatakan gaya duduk karena gerakan yang dilakukan pada saat melayang di udara membentuk gerakan seperti orang jongkok atau duduk. Menurut Depdiknas (1992:48) bahwa, “Dikatakan lompat jauh gaya jongkok karena gerak sikap badan sewaktu berada di udara menyerupai sikap seorang yang sedang berjongkok”. Gerakan jongkok atau duduk ini terlihat saat membungkukkan badan dan kedua lutut ditekuk, kedua tangan ke depan. Pada saat mendarat kedua kaki dijulurkan ke depan, mendarat dengan bagian tumit lebih dahulu dan kedua tangan ke depan. Untuk menghindari kesalahan saat mendarat, maka diikuti dengan menjatuhkan badan ke depan.
Lompat jauh gaya jongkok merupakan gaya  yang paling mudah dilakukan terutama bagi anak-anak sekolah. Dalam hal ini Aip Syarifuddin (1992: 93) mengemukakan, “Lompat jauh gaya jongkok, pada umumnya banyak dilakukan anak-anak sekolah, karena dianggap gaya yang paling mudah untuk dipelajari”.  Hal ini boleh jadi karena lompat jauh gaya jongkok tidak banyak gerakan yang harus dilakukan pada saat melayang di udara dibandingkan dengan gaya yang lainnya. Untuk itu perlu diperhatikan saat membungkukkan badan dan menekuk serta menjulurkan kedua kaki ke depan dan kedua lengan tetap ke depan untuk menjaga keseimbangan saat pendaratan.
a. Faktor Kondisi Fisik yang Mempengaruhi  Kemampuan Lompat Jauh
Dalam melakukan suatu latihan harus diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi atau memberikan peran bagi tercapainya prestasi yang maksimal dalam cabang olahraga atletik khususnya lompat jauh. Menurut pendapat M.sajoto (1995:8) menyatakan bahwa, “kondisi fisik adalah satu prasyarat yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi atlet, bahkan dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat di tunda atau di tawar-tawar lagi”. Mengenai komponen-komponen kondisi fisik oleh Setiawan (1991:112) dijelaskan, “Unsur pokok kondisi fisik itu adalah, daya tahan jantung-pernafasan-peredaran darah, kelentukan persendian, kekuatan, daya tahan otot, kecepatan, agilitas, dan power.”
Berdasarkan pendapat di atas menunjukkan bahwa, untuk mencapai prestasi lompat jauh dipengaruhi oleh faktor kondisi fisik dan teknik melompat. Ditinjau dari kondisi fisik, komponen fisik yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi lompat jauh antara lain daya tahan jantung-pernafasan-peredaran darah, kelentukan persendian, kekuatan, daya tahan otot, kecepatan, agilitas, dan power. Sedangkan ditinjau dari teknik melompat meliputi awalan, tolakan, melayang di udara dan pendaratan.

b. Teknik Lompat Jauh Gaya Jongkok
Teknik merupakan cara atau metode yang dipergunakan dalam melakukan gerakan dalam suatu cabang olahraga. Teknik juga merupakan suatu proses gerakan dan pembuktian dalam suatu cabang olahraga, atau dengan kata lain teknik merupakan pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan rasional yang memungkinkan suatu hasil yang optimal dalam latihan atau perlombaan.
Teknik lompat jauh merupakan hal terpenting dan harus dikuasai seorang atlet pelompat. Teknik lompat jauh terdiri dari beberapa bagian yang pelaksanaanya harus dirangkai secara harmonis dan tidak terputus-putus. Menurut Depdiknas (1992:48-50) menyebutkan bahwa “karakteristik dalam lompat jauh gaya jongkok meliputi awalan, tumpuan atau tolakan, melayang, dan mendarat”. Untuk lebih jelasnya teknik dalam lompat jauh gaya jongkok akan diuraikan sebagai berikut.
1) Awalan
Menurut Depdiknas (1992:48) menyebutkan “awalan berfungsi untuk mendapatkan kecepatan berlari semaksimal mungkin sebelum mencapai balok tumpuan”. Sedangkan menurut Aip Syarifuddin (1992:90) “awalan atau ancang-ancang adalah gerakan permulaan bentuk lari untuk mendapatkan kecepatan pada waktu akan melakukan tolakan (lompatan)”. Hal ini berarti, awalan merupakan tahap awal dalam lompat jauh. Sedangkan tujuan dari awalan ini adalah untuk mendapatkan kecepatan pada saat akan melompat dan membawa pelompat pada posisi yang optimal untuk tolakan, awalan yang benar merupakan syarat yang harus dilakukan untuk menghasilkan jarak lompatan yang sejauh-jauhnya.
Untuk mencapai kecepatan yang maksimal menurut Depdiknas (1992: 48) biasanya awalan berjarak 30 sampai 40 meter.Awalan lompat jauh dilakukan dengan berlari secepat-cepatnya sebelum satu kaki menumpu pada balok tolakan untuk mendapatkan dorongan ke depan pada waktu melompat.
Menurut A. Hamidsyah Noer (2000:72-73) memberikan petunjuk pelaksanaan awalan sebagi berikut:1) Berdirilah di belakang tanda titik awalan anda. Berkonsentrasilah sejenak.2) Berlarilah dengan cepat dengan irama yang tetap melaju balok tumpuan.3) Sebelum ± 4 langkah dari balok tumpuan, berkonsentrasilah pada tumpuan tanpa mengurangi kecepatan.4) Pada saat melakukan tumpuan badan agak condong ke belakang.
Jarak awalan lompat jauh tidak ada aturan khusus yang mengaturnya, namun hanya bersifat individual tergantung masing-masing pelompat. Depdiknas (1992:48) menyebutkan “panjang langkah, jumlah langkah, dan kecepatan berlari dalam mengambil awalan harus selalu sama. Menjelang tiga sampai empat langkah sebelum balok tumpu, seorang pelompat harus dapat berkonsentrasi untuk dapat melakukan tumpuan dengan kuat tanpa mengurangi kecepatan”.
Awalan lompat jauh harus dilakukan dengan harmonis, lancar dan dengan kecepatan yang tinggi tanpa ada gangguan langkah yang diperkecil atau diperlebar untuk memperoleh ketepatan bertumpu pada balok tumpuan. Aip Syarifuddin (1992:91) menyatakan “untuk menjaga kemungkinan pada waktu melakukan awalan itu tidak cocok, atau  ketidak tepatan antara awalan dan tolakan, biasanya pelompat membuat dua tanda (checkmark) antara permulaan akan memulai melakukan awalan dengan papan tolakan”.



Gambar 1. Awalan Lompat Jauh
(Aip Syarifuddin,1992:91)
2) Tumpuan atau Tolakan (Take-off)
Tumpuan merupakan perpindahan yang sangat cepat antara lari awalan dan melayang. Ketepatan pada balok tumpu serta besarnya tenaga tolakan yang dihasilkan oleh kaki, sangatlah menentukan bagi pencapaian hasil lompatan. Tumpuan dilakukan dengan cara yaitu, sebelumya pelompat sudah mempersiapkan diri untuk melakukan tolakan sekuat-kuatnya pada langkah akhir, sehinga seluruh tubuh terangkat ke atas melayang di udara. Tolakan dilakukan dengan menjejakkan salah satu kaki untuk menumpu tanpa langkah melebihi papan tumpu untuk mendapatkan tolakan ke depan atas yang besar. Jes Jerver (1999:35) menyatakan “maksud dari take off adalah mengubah gerakan lari menjadi suatu tompatan, dengan melakukan lompatan tegak lurus, sambil mempertahankan kecepatan horizontal semaksimal mungkin”.
Depdiknas (1992:49) menyebutkan bahwa “pada waktu menumpu, badan condong ke depan, titik berat badan harus terletak agak ke depan. Titik sumber tenaga, yaitu kaki tumpu menumpu secara tepat paa balok tumpu, segera diikuti dengan gerakan kaki yang diayunkan ke arah depan atas dengan sudut tolakan berkisr antara 40º-50º”. Untuk mendapatkan daya dorong ke depan dan ke atas yang maksimal sebaiknya menggunakan kaki tumpu yang paling kuat. Ketepatan melakukan tumpuan akan menunjang keberhasilan lompatan. Kesalahan menumpu (melewati balok tumpuan), mengakibatkan lompatan dinyatakan gagal atau diskualifikasi. Sedangkan jika penempatan kaki tumpu berada jauh sebelum balok tumpuan akan sangat merugikan terhadap pencapaian jarak lompatan. Tamsir Riyadi (1990:96) teknik menumpu pada lompat jauh sebagai berikut:
a) Tolakan dilakukan dengan kaki yang terkuat.
b) Sesaat akan bertumpu sikap badan agak condong ke belakang (jangan berlebihan) untuk membantu timbulnya lambungan yang lebih baik (sekitar 45º).
c) Bertumpu sebaiknya tepat pada papan tumpuan.
d) Saat bertumpu kedua lengan ikut serta diayunkan ke depan atas. Pandangan ke depan atas (jangan melihat ke bawah).
e) Pada kaki ayun (kanan) diangkat ke depan setinggi pinggul dalam posisi lutut ditekuk.

Gambar 2. Sikap dan Gerakan Pada Waktu Akan Melakukan Tolakan.
(Aip Syarifuddin, 1992:92)
3). Melayang di Udara (Sikap Badan Saat di Udara)
Setelah pelompat menumpu pada balok tumpuan, maka dengan posisi badan agak condong ke depan ia akan terangkat melayang di udara bersamaan dengan ayunan kedua lengan ke depan atas. Menurut A. Hamidsyah Noer (2000: 74) “sikap saat melayang adalah sikap setelah gerakan lompatan dilakukan dan badan sudah terangkat tinggi ke atas”. Sikap badan dan gerakan badan di udara sangat erat kaitannya dengan kecepatan awalan dan kekuatan tolakan. Karena pada waktu lepas dari papan tolak, badan si pelompat dipengaruhi oleh suatu kekuatan yang disebut “daya tarik bumi”. Daya tarik bumi ini bertitik tangkap pada suatu titik yang disebut titik berat tubuh. Letak titik berat tubuh terletak kira-kira pada pinggang si pelompat sedikit di bawah pusar agak belakang
Sarwono (2008:7) menyatakan bahwa “tarikan daya bumi merupakan salah satu penentang terbesar yang ditemui atlet. Untuk melayang di udara setinggi mungkin, memelihara keseimbangan tubuh, melempar jauh, semua memerlukan pemahaman mengenai tentang bagaimana daya tarik bumi bekerja”. Daya tarik bumi akan menarik atlet dengan berfokus pada titik berat tubuhnya.
Salah satu usaha untuk mengurangi daya tari bumi tersebut adalah harus melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya disertai ayunan kaki dengan kedua lengan ke arah lompatan. Semakin cepat awalan dan semakin kuat tolakan yang dilakukan, maka akan semakin besar daya yang ditimbulkan. Hal ini mengakibatkan akan mengurangi daya tarik bumi yang ditimbulkan sehingga akan semakin lebih lama dapat membawa titik berat tubuh melayang di udara. Dengan demikin akan didapat hasil lompatan yang lebih tinggi dan lebih jauh, karena kedua kecepatan ini akan mendapatkan perpaduan (resultante) yang menentukan lintasan gerak dari titik berat tubuh tersebut. Hal yang perlu diperhatikan pada saat melayang di udara yaitu menjaga keseimbangan tubuh, sehingga akan membantu pada waktu pendaratan. A. Hamidsyah Noer (2000:74) mengemukakan bahwa, “Pada saat melayang di udara keseimbangan harus dijaga jangan sampai terjatuh, bahkan kalau mungkin harus diusahakan membuat sikap atau gerakan untuk menambah jarak jangkauan lompatan, usaha ini disebut gaya”.
Hal ini berarti, pada saat melayang di udara merupakan letak yang membedakan gaya dalam lompat jauh. Adapun cara melakukan sikap badan di udara menurut Depdiknas (1992:49-50) sebagai berikut:
a) Sesaat setelah menumpu, kaki tumpu segera diluruskan selurus-lurusnya.
b) Mengangkat pinggul ke muka atas.
c) Diusahakan selama mungkin di udara dengan cara menjaga keseimbangan dan persiapan pendaratan.
d) Pada saat melayang di udara, kedua kaki sedikit ditekuk sehingga posisi badan berada dalam sikap jongkok.
e) Sikap tubuh saat melayang di tentukan oleh gaya dalam lompat jauh yaitu: gaya jongkok (tuck style), gaya menggantung atau melenting (hang style) dan gaya berjalan di udara (walking in the air).
Untuk lebih jelasnya gerakan melayang di udara lompat jauh gaya jongkok disajikan pada gambar berikut:

       
              Gambar 3. Sikap Melayang di Udara gaya Jongkok
                                     (Aip Syarifuddin, 1992:25)
4). Pendaratan
Pendaratan merupakan tahap akhir dari rangkaian gerakan lompat jauh. Mendarat dengan sikap dan gerakan yang efisien merupakan kunci pokok yang harus dipahami oleh pelompat. Pada waktu mendarat pelompat harus menjulurkan kedua belah tangannya sejauh-jauhnya ke muka dengan tidak kehilangan keseimbangan badannya,agar tidak jatuh ke belakang. Untuk mengantisipasinya, berat badan harus dibawa ke depan dengan cara membungkukkan badan dan lutut hampir merapat dibantu dengan menjulurkan tangan ke depan. 
Pada waktu menyentuh tanah, pelompat memegaskan lutut dan menggeserkan pinggang ke depan, sehingga bagian atas agak menjadi tegak dan lengan mengayun ke depan. Menurut Aip Syarifuddin (1999:95) teknik mendarat yaitu: “Pada waktu akan mendarat kaki dibawa ke depan lurus dengan jalan mengangkat paha ke atas, badan dibungkukkan ke depan, kedua tangan ke depan. Kemudian mendarat pada kedua tumit terlebih dahulu dan mengeper, dengan kedua lutut dibengkokkan (ditekuk), berat badan dibawa ke depan supaya tidak jatuh ke belakang, kepala ditundukkan, kedua tangan ke depan”.
Untuk lebih jelasnya mengenai gerakan mendarat gaya jongkok dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

Gambar 4. Teknik Pendaratan Lompat Jauh
  (Soegito, 1992: 42)
2. Hakikat  Latihan
Untuk mencapai prestasi olahraga tentunya tidak datang begitu saja, tetapi harus melalui pengembangan unsur-unsur yang dibutuhkan dalam olahraga melalui latihan yang baik dan teratur.  Menurut Dare (1982) yang dikutip oleh Dwi Hatmisari Ambarukmi dkk (2007:1) menyatakan “latihan adalah proses penyempurnaan berolahraga melalui pendekatan ilmiah, khususnya prinsip-prinsip pendidikan secara teratur dan terencana sehingga mempertinggi kemampuan dan kesiapan olahragawan”. Menurut A. Hamidsyah Noer (1996:6) “latihan merupakan suatu proses yang sistematis dan kontinyu dari berlatih atau bekerja yang dilakukan dengan berulang-ulang secara kontinyu dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan untuk mencapai tujuan”. Hal senada juga dikemukakan oleh Suharno HP (1993:7) bahwa, ”latihan adalah suatu proses penyempurnaan atlet secara sadar untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan diberi beban-beban fisik, teknik, taktik dan mental secara teratur, terarah, meningkat, bertahap dan berulang-ulang waktunya”.
Menurut pendapat ketiga para ahli diatas mempunyai pengertian yang hampir sama, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwasannya latihan adalah suatu aktivitas olahraga yang dilakukan secara berulang-ulang, secara kontinyu dengan peningkatan beban secara periodik dan berkelanjutan yang dilakukan berdasarkan jadwal, pola dan sistem serta metodik tertentu untuk mempersiapkan seorang atlet demi mencapai tujuan yaitu meningkatnya prestasi olahraga.
Dalam pelaksanaan latihan tentunya aspek-aspek yang mendukung terhadap pencapaian prestasi olahraga harus dilatih dan dikembangkan secara maksimal agar tujuan yang hendak dicapai dapat terwujud. Aspek-aspek latihan yang harus dilatih dan dikembangkan untuk mencapai prestasi olahraga menurut Rusli Lutan dkk (1992:88) meliputi “(1) latihan fisik, (2) latihan teknik, (3) latihan taktik, (4) latihan mental”. Dari keempat aspek tersebut dapat dilatih secara bersama-sama ataupun secara terpisah menurut tujuan yang ingin dicapai. Sebagai contoh, dalam suatu latihan penekanannya ditujukan pada peningkatan kemampuan fisik saja, maka latihan yang tersebut merupakan latihan fisik. Dalam penelitian ini akan dikaji mengenai latihan fisik.
a. Latihan Fisik
Kondisi fisik yang baik merupakan faktor yang mendasar untuk mengembangkan faktor lainnya, sehingga akan mendukung pencapaian prestasi yang optimal. Latihan fisik adalah latihan yang menekankan pada komponen kondisi fisik tertentu guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 
Latihan fisik pada prinsipnya adalah memberikan beban fisik pada tubuh secara teratur, sistematik, berkesinambungan sedemikan rupa sehingga meningkatkan kemampuan di dalam melakukan kerja. Latihan fisik yang teratur, sistematik dan berkesinambungan yang dituangkan dalam suatu program latihan akan meningkatkan kemampuan fisik secara nyata. Berkaitan latihan fisik Andi Suhendro (1999:3.7) “latihan fisik adalah latihan yang ditujukan untuk mengembangkan dn meningkatkan kondisi seseorang”. Berdasarkan pendapat di atas tersebut menunjukkan bahwa latihan fisik merupakan salah satu unsur latihan olahraga secara menyeluruh, yaitu untuk meningkatkan prestasi olahraga serta meningkatkan kesegaran jasmani. Dalam pelaksanaan latihan fisik dapat ditekankan pada salah satu komponen kondisi fisik tertentu misalnya, power otot tungkai, maka latihan fisik harus lebih ditekankan pada peningkatan unsur-unsur kondisi fisik power otot tungkai. Latihan yang dilakukan harus bersifat spesifik sesuai dengan karakteristik komponen kondisi fisik.
b. Prinsip-Prinsip Dasar Latihan
Prestasi dalam olahraga dapat dicapai melalui latihan secara intensif. Pelaksanaan latihan harus memperhatikan pedoman prinsip-prinsip latihan yang benar. Prinsip latihan merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam latihan yang terorganisir dengan baik. Prinsip-prinsip dasar latihan fisik dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan suatu latihan, antara lain:
1) Prinsip  Pemanasan  dan Pendinginan
Pemanasan tubuh (Warming –up) penting sekali dilakukan sebelum berlatih, pemanasan biasanya berisis peregangan, kalestenik, dan aktivitas formal, dan setelah berlatih diakhiri dengan pendinginan. Pemanasan dapat dikerjakan secara umum dan khusus, yaitu dengan berbagai macam latihan aktif dan pasif. Atau dapat juga pemanasan dikerjakan dengan kombinasi latihan aktif dan pasif. Rusli Lutan (1992:91) menyatakan bahwa:
Pemanasan tubuh (warming-up) penting dilakukan sebelum berlatih. Tujuan pemanasan adalah untuk mengadakan perubahan dalam fungsi organ tubuh kita untuk menghadapi kegiatan fisik yang lebih berat. Kecuali untuk memanaskan tubuh, kegunaan lainnya adalah agar (1) atlet terhindar dari kemungkinan cedera, (2) terjadi koordinasi gerak yang mulus, (3) organ tubuh menyesuaikan dii dengan kerja yang lebih berat dan (4) kesiapan atlet kian meningkat.

Melalui pemanasan yang dilakukan dengan aktif dan pasif akan meningkatkan suhu tubuh yang kemudian akan membantu meningkatkan kelancaran peredaran darah, meningkatkan penyaluran oksigen dan pertukaran zat. Selain itu pemanasan juga akan mempertinggi elasitas otot, dengan demikian akan memperkecil kemungkinan cedera.
2) Prinsip  Kekhususan
Setiap latihan yang dilakukan tentunya akan menimbulkan pengaruh secara khusus  terhadap tujuan yang diinginkan sesuai dengan karakteristik gerakan keterampilan, unsur kondisi fisik dan sistem energi yang digunakan selama latihan. Prinsip latihan hendaknya bersifat khusus sesuai dengan sasaran yang akan dicapai. Bila akan meningkatkan kekuatan maka program latihan harus memenuhi syarat untuk tujuan meningkatkan kekuatan”. Pendapat lain dikemukan oleh Dwi Hatmisari Amabarukmi dkk (2007:13) menyatakan “latihan harus bersifat khusus beban latihan akan menghasilkan tanggapan khusus, untuk itu program latihan hendaknya dirancang khusus  pada olahraga yang dipilihnya serta memenuhi kebutuhan khusus dan strategi untuk olahraga yang dipilih”.
Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, program latihan yang dilaksanakan harus bersifat khusus, disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Bentuk latihan yang harus dilakukan harus memiliki ciri-ciri tertentu sesuai dengan cabang olahraga yang akan dikembangkan. Baik pola gerak, jenis kontraksi otot maupun kelompok otot yang dilatih harus disesuaikan dengan jenis olahraga yang dikembangkan.
3) Prinsip Interval
Latihan secara interval merupakan serentetan latihan yang diselingi dengan istirahat tertentu. Faktor istirahan haruslah diperhitungkan setelah jasmani melakukan kerja berat akibat latihan. Sistem latihan secara interval digunakan hampir semua cabang olahraga. Menurut Suharno HP. (1993:17) bahwa “prinsip interval sangat penting dalam latihan yang bersifat harian, mingguan, bulanan, kwartalan, tahunan yang berguna untuk pemulihan fisik dan mental atlet dalam menjalankan latihan”.
Ciri khas latihan interval adalah dengan adanya istirahat yang diselingkan pada waktu melakukan latihan. Istirahat diantaranya latihan tersebut dapat berupa istirahat pasif ataupun aktif, tergantung dari sistem energi mana yang akan dikembangkan. Istirahat setiap rangsangan latihan memegang peranan penting yang menentukan, sebab oraganisme yang mendapat beban latihan sebelumnya harus dipulihkan lagi. Istirahat yang terlalu panjang dan terlalu pendek dapat menghambat keefektifan suatu latihan. Setiap rangsangan gerak menyebabkan penggunaan energi dan pengurangan cadangan energi, akan tetapi juga mengandung rangsangan untuk pembentukan energi baru. Menurut Suharno HP. (1993:17) bahwa kegunaan prinsip interval ditetapkan dalam latihan untuk:”(1) menghindari terjadinya overtraining, (2) memberikan kesempatan organisme atlet untuk beradaptasi terhadap beban latihan, (3) pemulihan tenaga kembali bagi atlet dalam proses latihan”.
Kesediaan organisme yang lebih tinggi untuk menunjukkan gejala penyesuaian, terlihat pada pembebanan dan istirahat berikutnya, sudah tentu tidak dalam jangka waktu yang tidak terbatas, melainkan dalam saat yang pendek sewaktu pemulihan kembali organisme secara menyeluruh. Jangka waktu  istirahat yang pendek tetapi penting harus disesuaikan dan dipergunakan dengan baik, sebab dalam waktu yang pendek itulah tersusun rangsangan latihan yang baru. Oleh karena itu istirahat tidak boleh terlalu pendek, karena demikian saat yang baik dan menguntungkan belun tercapai. Juga istirahat tidak boleh terlalu panjang, karena dalam hal sedemikian saat yang penting berlalu tanpa dapat dimanfaatkan. Rangsangan yang baru harus cukup tetapi tersusun dalam tahap superkonpensasi organisme secara keseluruhan.
4) Prinsip  Beban Lebih Secara  Progresif
Peningkatan beban latihan dilakukan secara progresif. Yang dimaksud dengan peningkatan beban secara progresif adalah peningkatan beban secara teratur dan bertahap sedikit demi sedikit. Dengan pemberian beban yang dilakukan secara bertahap yang kian hari kian meningkat jumlah pembebanannya akan memberikan efektifitas kemampuan fisik.
Peningkatan beban latihan harus tetap disesuaikan dengan tingkat kemampuan atlet serta ditingkatkan setahap demi setahap. Pelatih harus cermat dalam mempehitungkan penambahan yang akan diberikan. Harus diperhatikan bahwa perlu dihindari pemberian beban yang berlebih. Pemberian beban yang berlebihan dapat berakibar buruk bagi olahragawan itu sendiri.
Keuntungan penggunaan prinsip peningkatan beban secara progresif adalah otot-otot tidak akan terasa sakit dan kemungkinan melemahkan cedera tubuh. Dengan diberi beban lebih akan menambah latiahan otot pada saat melakukan pogram latihan berbeban. Akibatnya pada latihan berikutnya beban lebih yang pertama tidak memberikan pengaruh yang memadai dan untuk meningkatkan kekuatan. Dengan kata lain, beban yang pertama itu akhirnya menjadi underload, karena kekuatannya telah bertambah.
Peningkatan beban latihan paling tidak dilakukan setelah seminggu latihan, karena organisme tubuh akan baru beradaptasi setelah kurun waktu 1 minggu. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharno HP. (1993:14), “Peningkatan beban latihan jangan dilakukan setiap kali latihan, sebaiknya dua atau tiga kali latihan baru dinaikkan. Bagi si atlet masalah ini sangat penting, karena ada kesempatan untuk beradaptasi terhadap beban latihan sebelumnya yang memerlukan waktu paling sedikit dua puluh empat jam agar timbul superkompensasi”. 
Penambahan yang dilakukan dengan tepat akan dapat menimbulkan adaptasi tubuh terhadap latihan secara yang tepat pula. Dengan hal tersebut, maka hasil latihan akan lebih optimal.
5) Prinsip Perbedaan Individu
Konsep latihan harus disusun dengan kekhususan yang dimiliki setiap individu agar tujuan latihan dapat tercapai. Perbedaan antara atlet yang satu dengan yang lainnya tentunya tingkat kemampuan dasar serta prestasinya juga berbeda. Oleh karena perbedaan individu harus diperhatikan dalam pelaksanaan latihan. Sadoso Sumosardjuno (1994:13) mengemukakan, “meskipun sejumlah atlet dapat diberi program pemantapan kondisi fisik yang sama, tetapi kecepatan kecepatan kemajuan dan perkembangannya tidak sama”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan yang diterapkan harus bersifat individu. Manfaat latihan akan berarti jika program latihan yang diterapkan direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi atlet. Kemampuan atlet akan meningkat bergantung pada program latihan yang diterapkan. Sebagai seorang pelatih harus cermat dan tepat dalam menyusun program latihan untuk atletnya agar tujuan latihan yang ditetapkan dapat tercapai dengan baik.
6) Prinsip Kembali Asal
Prinsip kembali asal ini juga sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang atlet. Kualitas yang diperoleh dari latihan akan menurun kembali ke kondisi semula apabila tidak melakukan latihan secara teratur dan kontinyu. Penurunan yang bermakna akan terjadi sesudah seseorang menghentikan latihan. Dwi Hatmisari Amabarukmi dkk (2007:14) menyatakan bahwa, “Agar prestasi atlit tidak fluktuatif (naik-turun) secara drastis, latihan seharusnya dilakukan terus menerus dan berkelanjutan”. Oleh karena itu setiap atlet harus berlatih terus untuk memelihara kondisinya.
Berlatih secara baik dan teratur adalah hal yang penting untuk menjaga kondisi dan prestasi seorang atlet. Jika latihan dihentikan maka secara otomatis kondisi dan prestasinya akan menurun.
7) Prinsip Nutrisi
Untuk menunjang tercapainya tujuan latihan fisik, maka prinsip nutrisi atau gizi makanan perlu diperhatikan juga. Hal ini sangat penting karena, banyaknya kalori yang dikeluarkan selama latihan fisik harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Sarwoto dan bambang Soetedjo (1993:231) mangatakan, “Kualitas makanan yang kita makan dengan didukung oleh kondisi fisik yang teratur akan memberikan jaminan terhadap tingkat kesehatan seseorang”.
 Seseorang yang melakukan aktivitas fisik yang berat tentunya memerlukan asupan makanan, terutama makanan yang mengandung zat energi yang lebih besar daripada aktivitasnya ringan. Seperti dikemukakan Patte Rotella Mc. Clenaghan (1993:263) bahwa.” Karbohidrat dan lemak menggatikan sumber energi makanan yang dapat digunakan selama olahraga. Makanan yang tidak seimbang dengan kegiatan fisik yang dilakukan akan mengakibatkan kerusakan pada organ-organ tubuh sehingga akan mengakibatkan sakit.

3. Latihan untuk Meningkatkan Power Otot Tungkai
a. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Melatih Power Otot Tungkai
Sebagian besar olahraga berkaitan dengan power. Power kadang kala disebut kekuatan ekplosif. Power menyangkut kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dinamik dan eksplosif serta melibatkan pengeluaran kekuatan otot maksimal dalam waktu yang pendek. Menurut Suharno HP. (1993:59: menyatakan, “power adalah kemampuan otot atlet untuk mengatasi tahanan berat dengan kekeuatan dan kecepatan maksimal dalam satu gerak yang utuh”. Untuk melatih dan mengembangkan power otot tungkai ada beberapa hal yang harus diperhatikan. 
Kecermatan dan ketepatan menggunakan metode latihan yang sangat penting untuk memperoleh peningkatan power otot tungkai yang lebih baik. Ditinjau dari unsur terbentuknya power, yaitu kekuatan dan kecepatan, maka latihan yang diterapkan harus mempunyai ciri-ciri tertentu yang bertujuan untuk mengembangkan kekuatan dan kecepatan. Menurut Suharno HP. (1993:59) ciri-ciri explosif power antara lain:
1) Melawan beban relatif ringan, berat badan sendiri, dapt pula tambahan beban luar yang ringan
2) Gerakan latihan aktif, dinamis, dan cepat.
3) Gerakan gerakan-gerakan merupakan satu gerak yang singkat, serasi dan utuh.
4) Bentuk gerak bisa cylic maupun acyclic.
5) Intensitas kerja submaksimal atau maksimal.
Selain ciri-ciri tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melatih power otot. Lebih lanjut Suharno HP. (1993:61) menyatakan, masalah-masalah yang perlu diperhatikan dalam melatih power otot tungkai antara lain:
1) Pemanasan badan sebelum masuk ke latihan inti harus cukup baik untuk menghindari cedera dan kesiapan kerja otot.
2) Bagi pemula/anak-anak usia dini sebaiknya jangan diberikan angkat besi.
3) Power atlet lebih dominan ditentukan oleh pembawaan lahir atlet (fibril otot putih).
4) Gerakan-gerakan dalam latihan angkat besi harus benar dan teliti, sesuai tujuan pengembangan otot yang diingin tingkatkan kualitasnya.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, ciri-ciri latihan untuk mengembangkan power yaitu, beban latihan ringan, gerakan aktif dinamis, cepat, singkat, serasi dan utuh, gerakannya dapat berbentuk cyclic dan acyclik, intensitasnya submaksimal dan maksimal.
Bentuk latihan untuk meningkatkan power otot yang gerakannya aktif dinamis, cepat dan serasi serta untuk diantaranya latihan melompat-lompat atau sering disebut latihan pliometrik. Donald A.Chu (1992:1) mengemukakan bahwa, “pliometrik adalah latihan yang dilakukan dengan sengaja untuk meningkatkan kemampuan atlet, yang merupakan perpaduan kecepatan dan kekuatan”. Menurut Pyke yang dikutip Sarwono dkk. (1994:14), “latihan pliometrik terbaik untuk menghasilkan explosif power yang diperlukan dalam gerakan yang bersifat meledak atau explosif, karena latihan pliometrik dapat mempertemukan celah pemisah atara kekuatan dan power”.
Latihan pliometrik merupakan bentuk latihan yang menjebatani antara kecepatan dan kekuatan. Ciri dari latihan pliometrik adalah adanya peregangan pendahuluan (pre-stretching) dan tegangan awal (pre-tension) pada saat melakukan kerja. Tipe dari latihan pliometrik adalah cepat, kuat, eksplosif dan reaktif. Tipe-tipe dari gerakan kemampuan daya ledak atau power.
b. Otot-Otot Penunjang Power Tungkai
Otot dan persendian merupakan alat penggerak tubuh manusia. Hampir sebagian berat badan kita terdiri dari banyaknya otot dalam tubuh. Kekuatan kontraksi bergantung dari otot. Hampir sebagian berat badan kita adalah dari banyaknya otot dalam tubuh.  Berkaitan dengan otot Dwi Hatmisari Amabarukmi dkk (2007: 52) mengemukakan “sebuah otot adalah kumpulan dari benang-benang yang panjang yang dibuat dari sel-sel dan dikelompokkan dalam satu ikatan”. Hal senanda diungkapkan  Aip syarifuddin (1997:35) bahwa, “otot dapat mengadakan kontraksi dengan cepat, apabila mendapat ransangan dari luar”.
Menurut M. Furqon. H & Muchsin Doewes (2002: 14) bahwa otot-otot yang terlibat dalam gerakan yang memerlukan power otot tungkai adalah “(1) fleksi paha: melibatkan otot-otot sartonus, ilacus,dan gracilis (2) ekstensi lutut :vastus lateralis,medialis,intermedius dan rectus femoris (3) fleksi paha dan pelvis: bicep femoris, semitendinosus, dan  semimembranosus dan (4) aduksi paha: gluteus medius dan minimus, adductor longus, brevis magnus, minimus dan  hallucis”.
c. Peranan Power Otot Tungkai Terhadap Prestasi Lompat Jauh                       
Power otot tungkai merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang mempunyai peranan penting terhadap pencapaian prestasi lompat jauh. Hal ini karena, jauh tidaknya lompatan yang dilakukan sangat bergantung pada kemampuan menumpu untuk menolak dengan kuat dan cepat.
Ditinjau dari gerakan lompat jauh pada teknik menolak yaitu, menolak merupakan fase perubahan gerak horizontal menjadi gerak vertikal. Pada fase ini kemampuan melakukan awalan dengan cepat dan menumpu dengan kuat sangat ditentukan oleh kemampuan dari otot-otot tungkai. Aip Syarifuddin (1992:91) menyatakan “tolakan adalah perubahan atau perpindahan gerakan dari gerakan horizontal ke gerakan vertikal yang dilakukan dengan secara cepat. Dimana sebelumnya pelompat sudah mempersiapkan diri untuk melakukan tolakan sekuat-kuatnya pada langkah akhir, sehingga seluruh tubuh terangkat ke atas melayang di udara”. Pendapat lain juga dikemukakan Jes Jerver (1999:36) “perubahan dari kecepatan horizontal menjadi gerakan bersudut didapat dengan cara memberikan tenaga maksimum pada kaki yang akan take off”.
Perpaduan kecepatan dan kekuatan sangat penting untuk melakukan tolakan yang maksimal. Kemampuan kecepatan yang maksimal dan diubah dengan tolakan yang kuat memberi peluang yang besar untuk dapat melakukan lompatan yang sejauh-jauhnya. Oleh karena itu, pada saat menumpu untuk menolak otot-otot tungkai harus dikerahkan secara maksimal dalam waktu yang singkat

4. Latihan Leaps
a. Pelaksanaan  Berjingkat Leaps
Latihan leaps pada prinsipnya sama seperti latihan box Jump yaitu untuk meningkatkan power otot tungkai, tetapi pelaksanaannya atau gerakannya berbeda. Latihan berjingkat merupakan bentuk latihan melompat memantul ke depan dengan satu kaki dan mendarat dengan kaki yang sama. M.Furqon H. & Mucshin Doewes (2000:12) bahwa, “lompat memantul (bounding) menekankan pada melompat untuk mencapai ketinggian maksimum dan juga jarak horizontal”. Hal ini menunjukkan bahwa, latihan lompat memantul menekankan pada kemampuan melompat-lompat dengan menggunakan bilah atau yang lainnya sebagai rintangan yang dilakukan dengan satu kaki.
Depdikbud (1996:84) menyatakan “pelaksanaan dari latihan berjingkat (leaps) yaitu posisi badan yang tegak pada satu kaki sementara kaki yang lain ditekuk ke belakang, sikap tangan ditekuk di samping badan. Kaki yang menumpu melompat-lompat ke arah depan (berjingkat) diikuti kedua tangan ditekuk di samping badan, sikap badan tegak, kedua tangan lurus di samping.
Untuk lebih jelasnya pelaksanaan latihan leaps disajikan gambar sebagai berikut:
          
Gambar 5. Latihan leaps
(Garry A. Carr, 2003:23)
Berdasarkan pelaksanaan latihan di atas dapat disimpulkan bahwasannya latihan leaps ternyata mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya antara lain:
1. Kemampuan power yang diperoleh maksimal karena beban tubuh diangkat dengan dua kaki secara cepat dan berkesinambungan.
2. Dapat meningkatkan unsur teknik lompat jauh gaya jongkok khususnya pada saat melakukan lompatan atau take of.
Sedangkan kekurangannya antara lain:
1. Terkadang siswa kesulitan dalam mengangkat beban tubuh dikarenakan dilakukan secara cepat dan kontinyu.
2. Latihan yang terus menerus dan kontinyu mengakibatkan siswa mengalami kelelahan, sehingga dapat berpengaruh terhadapa kesempurnaan gerakan.
b. Pengaruh Latihan  Leaps Terhadap Hasil Kemampuan Lompat Jauh
Latihan leaps adalah latihan melompat memantul dengan satu kaki dilakukan secara berulang-ulang. Dengan gerakan melompat memantul yang dilakukan dengan kuat dan cepat, maka unsur-unsur power otot bagian bawah dikembangkan secara maksimal, sehingga terbentuk power otot tungkai yang memadai.
Ditinjau dari pelaksanaannya, latihan leaps menuntut kerja otot-otot tungkai lebih kuat dan cepat agar dapat melompat-lompat setinggi dan sejauh mungkin yang dilakukan secara berkesinambungan. Melompat-lompat dengan satu kaki merupakan gerakan yang cukup berat, karena otot-otot tungkai dituntut bekerja untuk mengangakat tubuh dengan satu kaki dan mendarat dengan satu kaki pula, sehingga pada saat mendarat ini kaki menahan berat badan. Melompat yang dengan beban yang berat dan dilakukan dengan cepat, maka otot-otot tungkai menjadi berkembang. 
Dengan berkembangnya kekuatan dan kecepatan dari otot tungkai, maka akan menghasilkan power otot tungkai yang memadai. Seperti yang dikemukakan M. Furqon H. Dan Mucshin Doewes (2002:18) bahwa, “baik gaya maupun kecepatan gerak sangat penting dalam latihan pliometrik. Dalam berbagai hal, titik beratnya adalah kecepatan dimana suatu aksi tertentu akan dapat dilakukan”.
Ditinjau dari gerakan latihan pliometrik leaps, gerakan ini menyerupai teknik melompat (take off), dimana pada latihan leaps dilakukan dengan melompat menggunakan satu kaki yang dilakukan dengan kuat dan cepat. Dengan gerakan yang menyerupai teknik melompat, maka latihan leaps ini memberikan kemudahan dalam penguasaan teknik menumpu untuk menolak, Kemampuan seorang pelompat mengerahkan power secara maksimal pada teknik yang benar, maka akan diperoleh lompatan yang sejauh-jauhnya sehingga kemampuan lompat jauh dapat dicapai lebih maksimal.
B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas dapat diajukan kerangka pemikiran sebagai berikut:
1) Pengaruh latihan  leaps terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok
Latihan leaps, dapat mengembangkan power otot tungkai. Power otot tungkai mempunyai peran penting terhadap hasil kemampuan lompat jauh. Dengan power otot tungkai yang baik dapat mendukung penguasaan teknik melompat yang baik khususnya saat take off, sehingga memberi peluang yang besar untuk dapat melompat sejauh-jauhnya.
Selain dapat mengembangkan power otot tungkai, latihan leaps  memiliki penekanan yang berbeda terhadap penguasaan teknik lompat jauh. latihan leaps adalah melompat-lompat dengan menggunakan salah satu kaki dan mendarat menggunakan kaki yang sama. Latihan melompat-lompat dengan menggunakan satu kaki dan mendarat menggunakan kaki yang sama dilakukan dengan cepat, maka kekuatan dan kecepatan otot-otot tungkai berkembang secara maksimal. Dengan dikembangkannya kekuatan dan kecepatan otot-otot tungkai secara bersama-sama, maka akan terbentuk power otot tungkai yang memadai.
2) Latihan leaps diduga memiliki pengaruh terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok
Berdasarkan model gerakanya, latihan leaps mempunyai pengaruh  terhadap peningkatan power otot tungkai, sehingga dapat mendukung pencapaian hasil lompat jauh gaya jongkok. Hal ini karena, pada latihan leaps kekuatan dan kecepatan otot-otot tungkai dikembangkan secara maksimal. 
Ditinjau dari gerakannya yaitu, melompat dengan satu kaki dan mendarat dengan menggunakan kaki yang sama dilakukan dengan cepat dan berkesinambungan. Gerakan yang demikian menuntut kerja otot tungkai dengan kuat dan cepat, sehingga unsur utama power otot tungkai dikembangkan secara maksimal. Selain itu juga, latihan leaps  gerakannya menyerupai teknik menumpu untuk melompat pada lompat jauh. Gerakan menumpu untuk melompat yang dikembangkan dalam latihan leaps, maka kemampuan menumpu untuk menolak berkembang dengan baik. 
Kemampuan atlet mengerahkan power secara maksimal pada teknik yang benar (pada saat menumpu untuk menolak), maka akan diperoleh lompatan yang sejauh-jauhnya. Hal ini titik sentral dalam lompat jauh terletak pada kemampuan atlet mengubah gerak horizontal menjadi gerak vertikal, dimana pada gerakan tersebut pelompat harus mampu mengerahkan power otot tungkai secara maksimal pada teknik yang benar. Dengan demikian diduga latihan  leaps mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok.
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:Latihan leaps diduga mempunyai pengaruh terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putri kelas XI SMK Negeri 2 Pacitan.